cover
Contact Name
Agus Eka Aprianta
Contact Email
penerbitan@isi-dps.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
penerbitan@isi-dps.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Segara Widya: Jurnal Penelitian Seni
ISSN : 23547154     EISSN : 27988678     DOI : -
Core Subject : Art,
The journal presents as a medium to share knowledge and understanding art, culture, and design in the area of regional, national, and international levels. The journal accommodates articles from research, creation, and study of art, culture, and design without limiting authors from a variety of disciplinary/interdisciplinary approaches such as art criticism, art anthropology, history, aesthetics, sociology, art education, and other contextual approaches.
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol. 6 No. 1 (2018): Maret" : 7 Documents clear
Rejang Di Pura Balang Tamak, Warisan Budaya Desa Nongan Ida Ayu Wayan Arya Satyani; I Wayan Adi Gunarta
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 6 No. 1 (2018): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7964.892 KB) | DOI: 10.31091/sw.v6i1.354

Abstract

Masyarakat Desa Nongan, Kabupaten Karangasem meyakini bahwa Rejang di Pura Balang Tamak di desa mereka adalah warisan Pan Balang Tamak, figur licik dan lihai dalam cerita rakyat Bali. Keberadaan Rejang ini hampir punah, meninggalkan jejak berupa serobong/gelungan (hiasan kepala) dihiasi buah-buahan seadanya. Harapan masyarakat untuk merekontruksi Rejang di Pura Balang Tamak, mendorong peneliti untuk melakukan penelusuran terhadap ingatan masyarakat yang hampir tertimbun bersama reruntuhan Pura Balang Tamak sejak peristiwa gejor atau gejer Bali 1917. Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian ini bertujuan untuk memetakan keterhubungan ide-ide yang membangun Rejang di Pura Balang Tamak, yaitu: ide tentang Rejang, ide tentang Pura Balang Tamak, ide tentang mitos Pan Balang Tamak, dan ide tentang Desa Nongan. Metoda penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Data yang terkumpul kemudian dianalisa, dideskripsikan, disusun dan disimpulkan. Hasil penelitian yang didapat bahwa Rejang di Pura Balang Tamak adalah Rejang Pala, merupakan salah satu sarana ritual Usaba Pala (perayaan sebagai ungkapan rasa syukur terhadap kelimpahan hasil subak abian/tegal). The villagers of Nongan believe that the rejang dance in Balang Tamak temple is the inheritance of Pan Balang Tamak, a cunning and shrewd figure in Balinese folklore. The existence of this dance is almost extinct, leaving only a trace of serobong/gelungan – a head decoration – of some fruits. The people’s expectation to reconstruct Rejang dance at Pura Balang Tamak has encouraged the researchers to trace the recollections of people’s memory of the dance which are almost buried with the ruins of Pura Balang Tamak since the Bali earthquake in 1917or it was called gejer Bali. Based on the background above, this research aims to map the connections of ideas that build Rejang dance in Pura Balang Tamak, that is: the idea of Rejang, the idea of Pura Balang Tamak, the idea of Pan Balang Tamak myth, and the idea of Nongan Village. The research methodology used in this writing is descriptive qualitative. The data of the research is collection trhough observations, interviews, literature study, and documentations. The data collection is then analyzed, described, compiled and summarized. The findings obtained that Rejang dance in Pura Balang Tamak is Rejang Pala. This Rejang is one of the means of ritual Usaba Pala (a celebration to express gratitude towards the abundance of subak abian/farm harvest)
Konsep Teo-Estetika Teks Dharma Pawayangan Pada Pertunjukan Wayang Kulit Bali I Dewa Ketut Wicaksana
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 6 No. 1 (2018): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2138.543 KB) | DOI: 10.31091/sw.v6i1.355

Abstract

Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah untuk memberikan penyadaran khususnya kepada dalang-dalang muda di Bali, bahwa penguasai Dharma Pawayangan sangatlah penting. Lontar Dharma Pawayangan adalah pustaka khusus yang isinya memuat petunjuk yang membimbing para dalang dalam melaksanakan dharma/kewajibannya sebagai dalang, serta `rambu-rambu` yang mengikat dalang untuk tidak menyimpang dari prinsip-prinsip ajaran agama Hindu dan etika. Teks lontar tersebut menyinggung hal-hal yang bersifat praktis/estetik, teologi, dan metafisik, yakni berkaitan langsung dengan pertunjukan wayang, dan aspek teologi Hindu yakni aspek satyam/kebenaran, siwam /kesucian, dan sundaram/ keindahan, serta metafisik, yakni memposisikan dalang dan wayang pada alam makrokosmos dan mikrokosmos (bhuwana agung lan bhuwana alit). Akhir-akhir ini ditemukan gejala di masyarakat Pedalangan, adanya kecendrungan untuk tidak memperhatikan lagi petunjuk-petunjuk Dharma Pawayangan. Adanya rasa enggan dihati mereka untuk mempelajari isi pustaka Dharma Pawayangan yang berbahasa Jawa Kuna (Kawi), bahasa Bali bahkan sebagian berbahasa Sanskerta dengan pengertian dan pemahaman yang sangat kompleks. Pengertian dan pemahaman akan Lontar Dharma Pawayangan di masa lampau kemudian teramati saat ini sungguh jauh berbeda, karena berbeda cara pandang serta model pembelajarannya. Orientasi dalang saat ini mempelajari pedalangan/pewayangan lebih ke hal-hal teknis, sehingga aspek teo-estetikanya terabaikan. Atas dasar penelitian dan penelusuran yang mendalam, diharapkan dapat membuka tabir rahasia dibalik arti dan maknanya, mengingat teks Dharma Pawayangan sarat dengan konsep teologis, estetik, filosofis, pendidikan dan nilai-nilai kemanusiaan, sangat potensial sebagai media informasi, edukasi, ritualisasi, hiburan serta pembinaan watak dan kepribadiaan. Penelitian ini mengambil lokasi di Bali, karena diyakini hampir semua dalang-dalang di Bali memiliki Lontar Dharma Pawayangan, termasuk juga di Museum Gedong Kirtya (Singaraja), Pusdok Provinsi Bali, dan Perpustakaan Perguruan Tinggi di Bali. Pada proses pengumpulan data, peneliti dibantu oleh mahasiswa Program Studi Seni Pedalangan, Fakultas Seni Pertunjukan, ISI Denpasar sebagai pencatat dan mengambil data foto. Teknik pengambilan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang berada dalam wilayah ilmu agama dan seni/estetika. Hal ini sesuai dengan ide pokok penelitian, yaitu untuk mengungkap hal-hal tersembunyi yang tidak menjadi kepedulian, memampukan suatu kesadaran yang lebih kaya terhadap aktualitas teks Dharma Pawayangan melalui pencerahan ilmiah. Mengguna-kan paradigma kritis sebagai landasan berpikir dan hermeneutika sebagai teori kunci, bentuk kajian dilakukan dengan mengembangkan paradoks-paradoks penafsiran makna dan membuka ruang kesadaran baru dalam memahami gejala estetika religius. Paradigma hermeneutika merupakan tradisi intelektual yang mendasarkan diri pada sesuatu yang berada di balik sesuatu yang faktual, yang nyata atau yang terlihat. Pluralitas presfektif dalam memberi interpretasi/penafsiran pada gilirannya memberikan kekayaan makna dalam suatu karya sastra, akan menambah kualitas estetika, etika dan logika.The long-term goal of this study is to provide awareness, especially to the young masterminds in Bali, that the Dharma Pawayangan master is very important. Lontar Dharma Pawayangan is a special literature whose contents contain guides that guide the dalangs in performing their dharma/dalang duties, as well as `signs' that bind the dalang not to deviate from the principles of the teachings of Hinduism and ethics. The lontar text deals with practical/aesthetic, theological, and metaphysical matters, which are directly related to wayang performances, related to aspects of Hindu theology of satyam/truth, siwam/sakura, and sundaram/beauty aspects. as well as metaphysical, ie positioning puppeteers and puppets on macrocosmic and microcosmic realms (bhuwana agung lan bhuwana alit). Recently found symptom in Pedalangan society, the tendency to pay no attention to the instructions of Dharma Pawayangan. The reluctance of their hearts to learn the contents of Dharma Pawayangan libraries that speak Old Javanese (Kawi), Balinese language even some speak Sanskrit with understanding and understanding is very complex. Understanding and understanding of Lontar Dharma Pawayangan in the past then observed at this time is very much different, because different way of view and model of learning. The current puppeteer's orientation is to learn puppetry more to technical matters, so the theo-aesthetic aspect is neglected. On the basis of deep research and investigation, it is hoped to unveil the secrets behind its meaning and meaning, since the Dharma Pawayangan text is loaded with theological, philosophical, educational and humanitarian meanings, potential for information, education, ritualization, entertainment and character building and personality. This research takes place in Bali, because it is believed that almost all dalang-dalang in Bali have Lontar Dharma Pawayangan, including also in Gedong Kirtya Museum (Singaraja), Pusdok Bali Province, and Library of Higher Education in Bali. In the process of collecting data, the researcher is assisted by students of Pedalangan Art Studies Program, Faculty of Performing Arts, ISI Denpasar as a recorder and taking photo data. Technique of data retrieval is done by observation, interview and documentation. This research is a qualitative research residing in the area of religion science and art/aesthetics. This is in accordance with the main idea of research, namely to reveal the hidden things that are not a concern, enabling a richer awareness of the actuality of Dharma Pawayangan text through scientific enlightenment. Using a critical paradigm as the basis for thinking and hermeneutics as a key theory, the form of study is done by developing the paradoxes of meaning interpretation and opening up a new awareness space in understanding religious aesthetic phenomena. The hermeneutic paradigm is an intellectual tradition that bases itself on something that is behind something factual, real or visible. The perspective plurality of interpretation in turn provides a wealth of meaning in a literary work, adding to the aesthetic, ethical and logical qualities.
Elemen Desain Komunikasi Visual Dalam Merchandise Iklan Politik Pasangan Dharmanegara Pada Pilkada Kota Denpasar 2014 I Gusti Ngurah Wirawan; I Wayan Nuriarta
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 6 No. 1 (2018): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3130.032 KB) | DOI: 10.31091/sw.v6i1.356

Abstract

Iklan politik, menjadi perhatian utama dalam mekanisme industri citra yang dihadirkan sekedar menjadi alat bantu untuk mendekatkan gagasan dan karya nyata sang caleg pada masyarakat calon pemilih. Biasanya berwujud : rontek, spanduk, poster, stiker, baliho caleg, dan bendera parpol yang ditebarkan di ruang publik. Pada kenyataannya dalam pilkada 2014, keberadaan iklan politik menjadi salah kaprah, para caleg berkampanye hanya mengandalkan pemasangan alat peraga kampanye berbentuk iklan ruang. Alat peraga kampanye cenderung menjadi sampah visual. Berbeda halnya dengan pasangan DharmaNegara, selain mengandalkan alat peraga kampanye iklan ruang, pasangan ini menggunakan merchandise sebagai media kampanye. Merchandise yang digunakan berupa mug lengkap dengan packagingnya dan T-Shirt. Menariknya lagi, didalamnya mengkombinasikan gaya visual WPAP dengan elemen desain komunikasi visual. WPAP sendiri merupakan salah satu jenis konsep vektor yang bertekstur bidang yang saling silang-bersilang dengan perbedaan dan pemilihan warna yang khusus tanpa menghilangkan karakter dari objek tersebut. Hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri untuk dapat dikaji lebih dalam lagi sesuai dengan keilmuan desain komunikasi visual. Penelitian ini menggunakan metode deskriftif kualitatif. Data dalam bentuk primer dan sekunder dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara, kepustakaan, dokumentasi dan internet. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk, estetika dan makna yang terkandung dalam elemen desain komunikasi visual pada merchandise  iklan politik pasangan DharmaNegara pilkada Kota Denpasar tahun 2014.Political advertising is a major concern in the mechanism of the image industry presented simply to be a tool to bring the ideas and concrete works of the candidates to the community of prospective voters. Usually tangibles, banners, posters, stickers, billboards, and flags of political parties are spread in public spaces. In fact, in the 2014 election, the existence of political advertisements became misguided, the legislative candidates only rely on the installation of campaign props in the form of ad space. The campaign props tend to be visual garbage. Unlike the case with DharmaNegara couples, in addition to relying on advertising space campaign props, these couples use merchandise as a campaign. Merchandise used in the form of mugs complete with packaging and T-Shirt. Interestingly, it combines the visual style of WPAP with visual communication design elements. WPAP is one kind of vector concept that is textured in a field that crisscross each other with distinction and special color selection without losing the character of the object. It becomes the main attraction to be studied more deeply in accordance with the science of visual communication design. This research uses qualitative descriptive approach. Informations in primary and secondary forms were collected through observation, interview, literature, documentation and internet techniques. The purpose of this study to knowing the form, aesthetics and the meaning contained in the visual communication design elements on the merchandise of political advertising partner DharmaNegara Election Denpasar in 2014.
Pengembangan Metode Pembelajaran Olah Tubuh Melalui Variasi Metodik Dengan Memanfaatkan Media Fitnes Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sendratasik FSP ISI Denpasar Rinto Widyarto; Ni Wayan Mudiasih; Ni Wayan Iriani
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 6 No. 1 (2018): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6222.717 KB) | DOI: 10.31091/sw.v6i1.357

Abstract

Program Studi Pendidikan Sendratasik, Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar sebagai prodi baru yang terus berupaya mengembangkan pembelajaran yang unggul dan berkualitas. Untuk itu kajian ini dipilih mata kuliah olah tubuh sebagai salah satu kajian metode pengembangan yang memerlukan latihan gerak tubuh yang dipilih sesuai dengan pola gerak yang bersifat bebas. Pelatihan olah tubuh untuk meningkatkan kelenturan/flexibilitas tubuh, memaximalkan jarak jangkau persendian, menanamkan rasa estetika dan sensitifitas gerak, dan juga menambah ke-kuatan dalam meningkatkan stamina tubuh. Pembelajaran olah tubuh melalui variasi metodik dengan memanfatkan media fitness merupakan pengembangan metode pada mahasiswa program studi pendidikan Sendratasik yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Pengembangan metode pembelajarannya masih tetap mengacu kepada metode-metode yang ada dan konvensional. Permasalahan kajian ini difokuskan pada pemilihan materi teknik gerak atraksi dan yoga beserta rumusan konsep geraknya yang memanfaatkan media fitness sebagai variasi metodiknya. Kemudian dilakukan penulisan istilah gerak olah tubuh, serta langkah-langkah untuk mengimplementasikannya.  Tujuan dan target penelitian ini untuk menghasilkan ‘produk teknik gerak” mengenai pembelajaran olah tubuh melalui variasi metodik yang memanfaatkan media fitness pada mahasiswa program studi pendidikan Sendratasik. Variasi metodik yang dihasilkan sebagai upaya penyesuaian potensi dan media fitness yang ada di Fakultas Seni Pertunjukan, agar fasilitas pembelajaran yang dimiliki lebih fungsional dan dapat dikembangkan secara berkelanjutan. Metode penelitian ini dengan pendekatan kualitatif, yang lebih menekankan pada ”metode variatif”. Mengutamakan variasi pembelajaran antara tim peneliti dan mahasiswa Program studi Pendidikan Sendratasik. Metode pengumpulan data melalui observasi partisipasi, wawancara, dan pelatihan yang terfokus pada mahasiswa. Hasil penelitian ini berupa deskripsi yang menjadi bahan terapan dasar bagi pembelajaran mata kuliah olah tubuh dan selanjutnya berkontribusi pada mata kuliah praktek tari yang lainnya.The Study Program of Sendratasik Education, Faculty of Performing Arts of ISI Denpasar as a new study program which continually strives to develop a superior and quality learning. Therefore, this study was chosen as a “olah tubuh” as a study of development methods that require exercise of body motion selected in accordance with the pattern of motion that is free. Exercise training to improve flexibility of the body, maximize joint distance, instill aesthetic sense and motion sensitivity, and also increase the strength in increasing body stamina. Learning of “olah tubuh” through methodical variation by utilizing the fitness media is the development of methods on the students of the course of Sendratasik education which has never been done before. The development of the learning method still refers to existing and conventional methods. The problem of this study focused on the selection of motion attraction and yoga techniques along with the formulation of the concept and motion that utilizes the media fitness as its methodical variation. Then do the writing of motion if the body, as well as steps to implement it. The objectives and targets of this research are to produce 'to move products' on learning “olah tubuh” through methodical variations that utilize the fitness media in the students of the Sendratasik education. Methodological variations are produced as an effort to adjust the potential and the existing fitness media in the Faculty of Performing Arts, so that the learning facilities owned are more functional and can be developed in a sustainable manner. This research method with qualitative approach, which more emphasis on "variatif method". Prioritizing learning variation between research team and student of Study Program of Sendratasik Education. Method of collecting data through participant observation, interview, and training which focused on student. The results of this study in the form of descriptions that become the basic applied materials for learning body fitness courses and then contribute to other dance practice classes.
Kajian Semiotika Sebagai Strategi Komunikasi Pada Film Enslaved Desak Putu Yogi Antari Tirta Yasa
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 6 No. 1 (2018): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9423.474 KB) | DOI: 10.31091/sw.v6i1.358

Abstract

Semiotika film merupakan salah satu bidang utama dalam teori film yang penting untuk dipahami sebagai sebuah paradigma dalam proses pengkajian dan penciptaan film. Perlu adanya suatu kajian yang mengkhusus mengenai semiotika film, salah satunya adalah dengan mengkaji film yang menerapkan semiotika film sebagai strategi komunikasi. Enslaved merupakan film produksi Yayasan Seva Bhuana dan Sanggar Sri Redjeki Films yang menarik untuk dikaji karena menggunakan semiotika sebagai strategi komunikasinya. Metode yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yang dilakukan dengan penentuan subyek penelitian, objek penelitian, lokasi penelitian, desain penelitian, penentuan informan, metode pengumpulan data dan metode analisis data. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode semiotika yang bersifat kualitatif-interpretatif dan metode semiotika empiris, dengan penyajian hasil analisis data dengan metode deskriptif analitif. Hasil penelitian ini adalah kajian mengenai penerapan teori semiotika film dalam Enslaved serta penerapan unsur-unsur semiotika terkait dengan unsur-unsur film.Film semiotics is one of the main field on film theory which is important to understand as a paradigm in the process of film study and creation. A specific study about film semotics is needed, one of it by reviewing film that apply film semiotics as communication strategy. Enslaved is a film by Yayasan Seva Bhuana and Sanggar Sri Redjeki Films which is interesting to be studied because it applied film semiotics as communication strategy. The method used in this research is qualitative method by the determination of research subject, research object, research location, research design, informants, methods of collecting data and methods of data processing. The analysis methods used in this research is semiotics methods which is qualitative-interpretative and empiric semiotics methods with descriptive-analitive methods on data presentation. The result of this research is a study of the application of film semiotics theory and how semiotics elements related to the film elements in Enslaved.
Alih Kode dalam Pertunjukan Wayang Kulit Bali Inovatif I Gusti Ngurah Gumana Putra
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 6 No. 1 (2018): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1645.464 KB) | DOI: 10.31091/sw.v6i1.359

Abstract

Tulisan yang berjudul Alih Kode dalam Pertunjukan Wayang Kulit Bali Inovatif ini mengangkat masalah yakni penyebab seniman dalang beralih kode dan pola kecenderungan alih kode. Teori Sosiolinguistik digunakan untuk menjelaskan hubungan antara tingkah laku bahasa di masyarakat menyangkut ketetapan dan pemilihan variasi serta ragam bahasa dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti partisipan, situasi pembicaraan, ranah pembicaraan, dan faktor-faktor nonbahasa. Seniman dalang beralih kode disebabkan oleh partisipan tokoh wayang serta adanya perubahan topik pembicaraan. Apabila ditinjau dari sudut peralihan bahasa yang digunakan, macam alih kode dapat dibagi menjadi dua yaitu alih kode ke luar dan alih kode ke dalam. Apabila ditinjau dari sudut perubahan bahasa yang digunakan, maka alih kode dapat dibagi menjadi dua yakni alih kode metaforik dan Alih kode situasional. Wujud alih kode dibagi menjadi dua yakni alih tingkat tutur dan alih bahasa. Alih tingkat tutur yang terjadi adalah dari tingkar tutur hormat ke tingkat tutur lepas hormat dan sebaliknya. Alih bahasa yang terjadi adalah dari bahasa Bali ke bahasa Jawa Kuna, dari bahasa Jawa Kuna ke bahasa Bali, dari bahasa Bali ke bahasa Indonesia, dari bahasa Indonesia ke bahasa Bali, dari bahasa Bali ke Bahasa Inggris, dan dari bahasa Inggris ke bahasa Bali. Ada 2 ciri alih kode yakni  ciri situasi dan latar belakang sosial tokoh-tokohnya, serta ciri saling ketergantungan bahasa.The article entitled Code Switching in Bali Innovative Wayang Kulit Performance analyzed the problem of causing dalang artists to switch codes and patterns tendency of code switching. The Sociolinguistic Theory is used to explain the relationship between language behavior in society concerning the provision and selection of variations and varieties of languages by considering factors such as participants, speech situations, conversation spheres, and non-linguistic factors. Dalang artist switches the code  caused by the puppet participant and the change of topic. When viewed from the transition point of the language used, the sort of code switching can be divided into two, namely the switching of code out and switching code into. When viewed from the angle of language changes used, the code switching can be divided into two namely the switching of metaphoric codes and situational code divert. The form of code switching is divided into two namely the switching of speech and language switching. The level of speech switching that occurs is from respect level of speech to the unrespect level of speech and vice versa. The language translation is from Balinese to Old Javanese, from Old Balinese to Balinese, from Balinese to Indonesian, from Indonesian to Balinese, from Balinese to English, and from English to Balinese. There are two characteristics of code switching that characterize the situation and social background of the characters, as well as the characteristics of language interdependence
Karakterisasi Bentuk Tokoh Anoman Dalam Wayang Kulit Ramayana Gaya Sukawati I Bagus Wijna Bratanatyam
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 6 No. 1 (2018): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5183.933 KB) | DOI: 10.31091/sw.v6i1.360

Abstract

Wayang Kulit Ramayana merupakan pertunjukan wayang kulit yang sumber lakonnya dari wiracerita Ramayana dengan musik iringan babatelan gender wayang. Ciri khas dari pertunjukan ini yaitu pada saat penampilan palawaga atau tokoh-tokoh kera. Salah satu tokoh kera yang dalam Wayang Kulit Ramayana Gaya Sukawati mendapatkan porsi penampilan karakterisasi mengkhusus yaitu Anoman. Anoman merupakan panglimna pasukan kera Gua Kiskenda yang mengabdi kepada Rama. Hal ini menarik untuk diteliti khususnya pengkarakteran tokoh Anoman dalam Wayang Kulit Ramayana gaya Sukawati. Penelitian ini ini bertujuan untuk menguraikan dan menjelaskan bentuk tokoh Anoman dalam Wayang Kulit Ramayana Gaya Sukawati yang terdiri dari : 1. Bagian Atas (kepala)Tokoh Anoman, 2. Bagian Tengah (badan) Tokoh Anoman, 3. Bagian Bawah (kaki) Tokoh Anoman. Dengan menggunakan metode kualitatif, dan analisis deskriptif analisis. Penelitian yang mengaplikasikan teori semiotika ini menghasilakan kesimpulan bahwa bentuk dari tokoh Anoman sangat kompleks baik dilihat dari anatominya dari bagian atas, tengah dan bawah yaitu berbentuk kera menyerupai manusia maupun dilihat dari tata busananya yang dikenakan. Sehingga dapat dipahami karakterisasi bentuk tokoh Anoman dalam Wayang Kulit Ramayana Gaya Sukawati.Wayang Kulit Ramayana is a leather puppet show which is the source of the play from wiracerita Ramayana with music of babatelan gender wayang. The characteristic of this performance is at the appearance of palawaga or ape characters. One of the monkey figures in the Wayang Kulit Ramayana Gaya Sukawati get the portion of the special characterization performance Anoman. Anoman is a panglimna of Kiskenda Cave monkeys who serve Rama. This is interesting to examine in terms of what pengkarakteran figure Anoman in Wayang Kulit Ramayana style Sukawati. This research aims to describe and explain the form of Anoman figure in Wayang Kulit Ramayana Gaya Sukawati consisting of: 1. Top (head) Anoman figure, 2. Central (body) Anoman figure, 3. Underside (foot) Anoman figure . This research is a qualitative research, with descriptive method of analysis. Based on the semiotics overburden foundation to analyze the data, it can be concluded that the shape of Anoman figure is very complex whether it is seen from the anatomy of the top, middle and bottom that is human-like ape shape and seen from the fashion charged. So that can be understood characterization of Anoman figure form in Wayang Kulit Ramayana Gaya Sukawati.

Page 1 of 1 | Total Record : 7